whatwonderfullworld.com – Akibat pandemi Covid-19, perekonomian di Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata menghadapi tekanan berat. Namun, di tengah cobaan ini, masyarakat Bali, khususnya di Nusa Lembongan, menunjukkan ketangguhan dengan kembali menjadikan budi daya rumput laut sebagai pilihan utama.
Minat masyarakat terhadap budi daya rumput laut semakin meningkat, dan ini memiliki kaitan penting dengan industri rumput laut dalam negeri. Ketersediaan bahan baku dari hasil produksi budi daya rumput laut menjadi faktor kunci untuk perkembangan industri tersebut.
Dalam kunjungan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, ke Provinsi Bali, fokusnya adalah budi daya rumput laut. Bersama dengan para pejabat, Menko Airlangga menyaksikan secara langsung usaha ini di Desa Lembongan, Nusa Lembongan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, pada hari Sabtu (12/08).
Selama kunjungan tersebut, Menko Airlangga berdiskusi dengan para pembudi daya dan bahkan turun tangan langsung dalam praktik budi daya rumput laut. Potensi lahan budi daya rumput laut di Nusa Lembongan sangat besar, mencapai 157 Ha, meskipun baru sekitar 40% yang dimanfaatkan dengan produksi sekitar 160 ton kering per bulan. Program kampung perikanan budi daya rumput laut telah dicanangkan oleh Pemerintah di lokasi ini.
Awalnya, ada sekitar 500 pembudi daya rumput laut yang tergabung dalam 18 kelompok di Nusa Lembongan. Namun, seiring dengan pemulihan sektor pariwisata setelah pandemi, sebagian besar pemuda memilih kembali ke industri pariwisata, sehingga jumlah pembudi daya saat ini sekitar 300 orang.
Meskipun pandemi mengakibatkan kenaikan harga rumput laut hingga tiga kali lipat, menjadi Rp49.000 per kg, masyarakat Nusa Lembongan tetap berkomitmen pada budi daya rumput laut sebagai penopang ekonomi lokal. Mereka telah membuktikan bahwa usaha ini dapat menjadi alternatif andalan ketika pariwisata mengalami penurunan, seperti dalam situasi pandemi Covid-19.
Wayan Ujiana, yang merupakan pembudidaya rumput laut di Nusa Lembongan, juga mengungkapkan bahwa saat ini mereka membutuhkan pasokan bibit baru. Menko Airlangga menyatakan bahwa permasalahan ini akan diatasi melalui koordinasi lebih lanjut.
Hasil produksi rumput laut dari Nusa Lembongan kebanyakan diekspor ke Surabaya, serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan rumput laut dalam negeri.
Pengembangan industri rumput laut yang kompetitif dan berkelanjutan memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir, perbatasan, dan daerah-daerah terpencil. Industri ini mampu menciptakan lapangan kerja, mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, dan memberikan kontribusi yang signifikan pada ekonomi nasional.
Pembudidaya rumput laut berharap agar Pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap stabilitas harga, antisipasi terhadap hama dan penyakit, penyediaan bibit berkualitas, serta pendampingan baik dari Pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini akan menjadi kunci kesuksesan bagi budi daya rumput laut dan dampak positifnya pada masyarakat.