whatwonderfullworld.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui United States Department of Commerce (US DOC) menginisiasi Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) International Platform on Environment and Finance (IPEF) sebagai kelanjutan PTM ke-2 IPEF di Detroit, Amerika Serikat, yang telah diselenggarakan pada 26-27 Mei 2023. Pertemuan ini secara virtual dipimpin oleh US Secretary of Commerce Gina Raimondo dan dihadiri oleh perwakilan dari 13 negara anggota IPEF, termasuk Menteri Luar Negeri serta Menteri Perdagangan dan Industri. Indonesia diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Pertemuan ini difokuskan pada tiga pilar utama, yaitu Rantai Pasok, Energi Bersih, dan Ekonomi Adil, serta membahas langkah-langkah untuk menciptakan manfaat nyata dari setiap pilar tersebut. Pada sesi pembukaan, Secretary Raimondo menyampaikan bahwa Pemerintah AS memiliki target untuk menyelesaikan perjanjian pilar Energi Bersih dan Ekonomi Adil, yang akan diluncurkan pada PTM IPEF di San Francisco pada bulan November 2023. Dia juga mengusulkan beberapa langkah konkret yang dapat disepakati bersama dalam pilar-pilar tersebut.
Dalam pilar Energi Bersih, AS mengusulkan program seperti investment forum sebagai wadah untuk menjalin keterlibatan antara Pemerintah dan sektor swasta, Project Preparation yang menyediakan pipeline proyek yang dibutuhkan oleh negara anggota IPEF, dan climate fund sebagai dukungan pembiayaan proyek energi bersih. Sementara itu, pada pilar Ekonomi Adil, AS menekankan pentingnya program bantuan teknis dan capacity building untuk menciptakan good governance.
Pemerintah AS juga telah menyetujui dana sebesar USD 300 juta melalui US International Development Finance Coorporation (US DFC) untuk membiayai proyek infrastruktur berkelanjutan dan telah berkomitmen untuk memobilisasi USD 900 juta dalam bentuk modal ekuitas untuk diinvestasikan ke negara-negara anggota IPEF, sesuai dengan perjanjian Pilar Energi Bersih.
Seluruh negara anggota IPEF menyatakan dukungan mereka terhadap pengembangan kerangka investasi dalam rangka mencapai Ekonomi Bersih. Mereka juga menekankan pentingnya keuangan dan pembiayaan yang terjangkau dalam upaya mempercepat transisi energi, mengingat pendanaan yang besar diperlukan. Singapura menyoroti pentingnya kerja sama dengan sektor swasta untuk memperbesar Climate Fund dan mendorong inovasi dalam menemukan solusi baru terhadap tantangan iklim.
Selain itu, beberapa negara juga menekankan pentingnya pengembangan kapasitas dan pelatihan keterampilan baru, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menghadapi masa transisi menuju Ekonomi Bersih.
Pada pertemuan tersebut, Menteri Perdagangan dan Industri India, Piyush Goyal, mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara anggota IPEF lainnya dalam mengenai skema atau inisiatif pembiayaan program-program terkait mitigasi perubahan iklim. Namun, Menteri Goyal juga mengingatkan bahwa persyaratan pembiayaan untuk program-program tersebut masih terlalu tinggi. Sebagai solusi, ia mendorong adanya skema pembiayaan yang lebih terjangkau, bahkan bisa tanpa biaya, agar negara-negara anggota IPEF tidak terlalu bergantung pada sektor swasta.
Menko Airlangga Hartarto dalam pertemuan tersebut menyampaikan apresiasi atas perkembangan positif yang terjadi dalam perundingan IPEF. Ia juga menekankan pentingnya kerja keras bersama seluruh anggota IPEF untuk mewujudkan target ambisi Amerika Serikat dalam menyelesaikan perundingan pada Pilar Energi Bersih dan Ekonomi Adil.
Selain itu, Menko Airlangga juga menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian penting dari rantai pasok global, terutama dalam sektor produk mineral (critical mineral). Indonesia juga mendukung visi Amerika Serikat dalam menciptakan standar yang tinggi di seluruh pilar IPEF, dan meminta agar negara-negara anggota IPEF menyediakan program-program untuk mendukung hal tersebut.
Negara-negara anggota IPEF, termasuk Indonesia dan India, menekankan pentingnya pembiayaan proyek-proyek clean energy yang terjangkau dalam pilar Energi Bersih. Malaysia juga menyampaikan pentingnya akuntabilitas sektor swasta dalam pembiayaan proyek clean energy. Dalam isu sektor-sektor kritis, Australia dan India mengajukan permintaan agar IPEF segera memulai penyusunan Term of References (ToR) untuk Supply Chain Works Council, guna memulai aktivitas dalam sektor-sektor kritis dengan segera.
Secara keseluruhan, negara-negara anggota IPEF menyampaikan dukungan mereka terhadap proyeksi program bantuan teknis, investment forum, pengembangan keterampilan, networking, dan capacity building ke depan sebagai bentuk manfaat nyata yang dapat dicapai secara cepat. Mereka berharap kerjasama ini akan membawa perubahan positif dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan.
Pada akhir pertemuan, Secretary Raimondo kembali menegaskan komitmen Amerika Serikat dalam mewujudkan IPEF, pentingnya peran dan keterlibatan sektor swasta dalam IPEF, serta mengapresiasi sumbangsih dan komitmen negara-negara anggota IPEF selama ini. Menko Airlangga didampingi oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Edi Prio Pambudi, sebagai Chief Negotiator Indonesia untuk IPEF. Kehadiran delegasi Indonesia dalam pertemuan tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung agenda-agenda IPEF yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan.
Pertemuan Tingkat Menteri IPEF kali ini memberikan momentum penting dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam pilar-pilar IPEF. Dukungan yang diberikan oleh negara-negara anggota, termasuk upaya pembiayaan proyek-proyek clean energy yang terjangkau, pengembangan kapasitas dan keterampilan baru, serta kerjasama dengan sektor swasta, merupakan langkah nyata dalam mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menegaskan komitmennya dalam mewujudkan IPEF dan memperlihatkan peran penting sektor swasta dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, harapan besar ada pada implementasi langkah-langkah konkret yang telah disepakati dalam PTM IPEF ini.
Selanjutnya, negara-negara anggota IPEF diharapkan dapat terus bekerja sama dalam penyusunan Term of References (ToR) untuk Supply Chain Works Council dalam rangka memulai aktivitas pada sektor-sektor kritis. Kerjasama ini akan mempercepat proses transisi menuju rantai pasok yang berkelanjutan dan tangguh.
Dengan dukungan dan komitmen dari pemerintah dan sektor swasta, IPEF memiliki potensi untuk menjadi platform yang kuat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Melalui kerjasama yang erat antara negara-negara anggota, termasuk Indonesia, diharapkan dapat terwujud dampak positif yang signifikan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di masa depan.
Pertemuan Tingkat Menteri IPEF kali ini telah memberikan arah yang jelas dan komitmen yang kuat dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan terus melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat sipil, IPEF dapat menjadi motor penggerak dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi bumi kita ini.