Whatwonderfullworld-com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 mencapai 5,72 % secara year on year (yoy). Pencapaian tersebut, dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan level sebelum pandemi covid-19.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 sebesar 5,72% secara year on year (yoy) menunjukan kinerja ekonomi Indonesia telah berjalan impresif, di tengah gejolak perekonomian global yang terjadi saat ini.
“Ekonomi Indonesia berhasil mencatatkan kinerja yang impresif. Pertumbuhan ekonomi 2022 masih tetap kuat dengan tetap memperhatikan berbagai risiko yang disebabkan gejolak perekonomian global,” ucap Airlangga dalam konferensi pers secara virtual, Senin (7/11/2022).
Airlangga mengatakan, di tengah perekonomian dunia yang terkoreksi ke bawah, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja yang impresif. “Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2022 telah melebihi pencapaian sebelum pandemi Covid-19,” tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 mencapai 5,72% secara year on year (yoy). Sedangkan secara kuartal ke kuartal (Q to Q) pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 tumbuh 1,81%. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4%.
“Dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat solid 5,39% didukung investasi atau PMTB sebesar 4,96%. Dari sektoral transportasi, pergudangan ini akiat digitalisasi meningkat pertumbuhan 25,81% akomodasi makanan minuman 17,83%, ini seiring pulihnya mobilitas masyarakat akibat penangan pandemi yang baik dan terkendali,” kata Airlangga.
Dari sisi neraca perdagangan, pada September 2022 neraca perdagangan surplus US$ 4,99 miliar. Posisi neraca perdagangan sudah surplus selama 29 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Secara kumulatif neraca perdagangan dari Januari sampai September 2022 surplus US$ 39,87 miliar.
“Ekspor impor Indonesia impresif sepanjang 2022 didorong oleh peningkatan harga komoditas ekspor terutama pada ekspor utama kita seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan besi baja,” ucap Airlangga.
Menurut Airlangga, kondisi neraca perdagangan menunjukan kinerja positif, namun pemerintah tetap mewaspadai penurunan harga komoditas dan pelemahan permintaan global.
Airlangga mengatakan kenaikan ekspor bisa terhenti apabila harga komoditas sudah kembali pada situasi normal. Sebab jumlah komoditas yang diekspor berada dalam volume yang sama. Di saat yang sama pelemahan permintaan global tentu akan menahan laju ekspor Indonesia ke depan.
“Kondisi ini sudah berdampak ke beberapa industri , khususnya terkait tekstil dan produk tekstil,” kata Airlangga.