whatwonderfullworld.com – Pemerhati dan pengamat intelijen Surya Fermana menilai polarisasi akibat Pilpres 2014 dan 2019 masih bisa terulang pada Pilpres 2024 mendatang. Sebab, dua kubu yang terbelah masing-masing bisa menemukan representasi dari dua tokoh yang diusung pada dua pilpres sebelumnya.
Menurut Surya, dibutuhkan tokoh yang bisa menyatukan kedua kubu yang terbelah akibat gelaran pesta demokrasi lima tahunan ini.
Surya menilai ketokohan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bisa memerankan posisi ini karena bisa diterima pendukung Joko Widodo maupun Prabowo Subianto.
“Airlangga adalah sosok yang mampu merangkul semua kalangan, apalagi Partai Golkar punya track record sebagai partai pemersatu,” tutur Surya Fermana dalam keterangan, Kamis (12/5/2022).
Surya menambahkan, Airlangga membutuhkan pasangan untuk menyempurnakan perdamaian di tengah polarisasi yang masih terjadi pada Pilpres 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu dinilai cocok berpasangan dengan kalangan militer untuk bisa menjaga stabilitas keamanan dan meredam polarisasi di masyarakat.
Terlebih, stabilitas keamanan dan persatuan masyarakat Indonesia dibutuhkan untuk menghadapi tantangan Pemerintah RI ke depan di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19 dan gejolak geopolitik dunia yang kian memanas.
Ia menegaskan, polarisasi pada Pemilu 2024 harus bisa disudahi. Masyarakat Indonesia terbelah hampir satu dekade sejak pertarungan Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2014.
Meskipun, Prabowo dan Sandiaga Uno sendiri sudah mencoba mengakhiri polarisasi dengan bergabung ke pemerintahan Presiden Jokowi, polarisasi masih tetap terjadi, terutama di media sosial.
Surya mengaku khawatir, polarisasi yang makin tajam dapat berujung disintegrasi bangsa. Menurut Surya, kedua kubu yang dulu mendukung Jokowi dan Prabowo sudah menemukan representasi dari keduanya menuju Pilpres 2024.
Salah satu kandidat capres yang digambarkan bisa merepresentasikan dan didukung pendukung Jokowi yakni, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Sementara, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang didukung barisan mantan FPI dan 212 masih berpeluang untuk kembali mencalonkan diri. Selain itu, munculnya nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga menjadi metamorfosis dari Prabowo sebelum merapat ke barisan pendukung pemerintahan Jokowi.
“Data pengamatan di media sosial masih terus terjadi polarisasi jika membicarakan ketiga tokoh tersebut. Baik polarisasi eksesif populisme, maupun penggunaan politik identitas, serta kebencian antara pendukung ketiga tokoh itu,” tegas Surya Fermana.