Pilot muda bernama Zara Rutherford baru saja menorehkan sejarah. Remaja berusia 19 tahun ini dinobatkan sebagai pilot perempuan termuda yang terbang sendirian keliling dunia.
Dilansir dari CNN, Minggu (23/1/2022), Zara Rutherford mendarat di Bandara Kortrijk-Wevelgem, Belgia barat pada Kamis, 20 Januari 2022. Pilot ini telah menyelesaikan perjalanan ke 41 negara yang membentang lebih dari 52 ribu kilometer.
Atas pencapaiannya yang luar biasa, Guinness berhasil memecahkan dua Rekor Dunia Guinness. “Saya berhasil,” ucapnya menerima sambutan yang sangat meriah saat kedatangan.
Rutherford sukses menaklukkan rekos yang dipegang oleh Shaesta Waiz dari Amerika Serikat. Waiz berusia 30 tahun ketika ia mengelilingi dunia tanpa pendamping pada 2017.
Tak hanya itu, pilot muda tersebut juga kini memegang gelar sebagai perempuan pertama yang mengelilingi dunia dengan pesawat microlight. Di sisi lain, ia juga orang Belgia pertama yang terbang keliling dunia sendirian.
Namun, kesuksesan perjalanan remaja itu bukan tanpa tantangan. Ketika Rutherford berangkat pada 18 Agustus 2021 dengan pesawat ultralight Shark yang dipesan lebih dahulu, ia yakin petualangan udaranya akan memakan waktu sekitar tiga bulan.
Ia menghadapi rintangan, termasuk penundaan selama sebulan di Alaska dan Rusia karena “masalah visa dan cuaca,” mendorong jadwalnya mundur delapan minggu. “Saya akan menyebut bagian tersulit adalah terbang di atas Siberia, sangat dingin. Suhu di darat minus 35 derajat Celcius,” kata Rutherford saat konferensi pers pada Kamis.
“Jika mesin mati, saya akan membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelamatkan dan saya tidak tahu berapa lama saya bisa bertahan,” lanjutnya.
Rutherford juga terpaksa mendarat tak terjadwal di Redding, California karena visibilitas yang buruk akibat kebakaran hutan di wilayah Seattle. Tak hanya itu, ia kemudian ditolak izinnya untuk terbang di atas China.
“Saya berharap untuk menyelesaikannya sebelum Natal, tetapi saya kira itu tidak terjadi lagi,” kata Rutherford kepada wartawan di Bandara Internasional Gimpo di Seoul, Korea Selatan setelah tiba dari Vladivostok pada 13 Desember. “Tapi ini sebuah petualangan.”
Pilot muda ini terbang ke berbagai wilayah, sebut saja Singapura, Mesir dan Yunani, Rusia dan Korea Selatan. Rutherford tidak dapat menjelajahi salah satu dari mereka di darat karena pembatasan Covid-19.
Bagian terakhir dari perjalanannya juga mengalami penundaan karena cuaca buruk, yang berarti tanggal penyelesaiannya dimundurkan seminggu lagi. Rutherford kini tengah dalam masa jeda dan berencana masuk universitas pada September untuk belajar teknik komputer.
Meskipun kedua orangtuanya adalah pilot dan dia telah belajar terbang sejak dia berusia 14 tahun, Rutherford baru mendapat lisensi pertamanya pada 2020. Salah satu tujuan utamanya untuk tantangan ini, selain memecahkan rekor Waiz, adalah untuk memastikan visibilitas yang lebih besar bagi perempuan dalam penerbangan.
Tahun lalu, Rutherford berbicara soal kekecewaannya pada kenyataan bahwa hanya 5,1 persen pilot maskapai penerbangan di seluruh dunia adalah perempuan. Ini menurut angka dari International Society of Women Airline Pilots (ISA).
Sumber : Liputan6